11 February 2015: Hari ini adalah hari pertama aku memulai masa penantian yang menurutku bakal terasa se-abad lamanya :) hari-hari kulalui dengan hanya bed rest di rumah... bermalas-malasan, mendengarkan relaxing music, browsing internet, lihat video-video lucu di Youtube, berdoa, dan yang pasti tidur dan makan hahaha... Setiap hari mamaku datang bersama si embak untuk membawakan aku makanan dan si mbak membantu membersihkan rumah. Kami menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol, main game, bercanda, pokoknya aku sangat menikmati sekali waktu istirahatku kali ini yang jauh dari aktifitas kantor. Sementara suamiku tetap masuk kantor seperti biasa. Terkadang juga mama mertuaku datang untuk juga membawakan makanan untukku. Yahh...maklum lah aku seperti tahanan rumah yang tidak diperbolehkan kemana-mana, jadi memang harus ada yang antar makanan untukku. Yang aku rasakan di perutku saat ini seperti ada rasa nyeri-nyeri sedikit dan terasa begah sekali. Perut seperti penuh dan terasa keras, sehingga aku pun tidak bisa makan terlalu banyak.
12 February 2015: Day 2 injection Pregnyl #1500. Siang ini aku diantar sepupu dan mama mertua untuk suntik Pregnyl di klinik. Karena suntik ini tidak bisa dilakukan sendiri, harus dengan praktisi medis seperti suster atau dokter jaga; makanya kami harus pergi ke klinik untuk minta suntik. Kali ini suntiknya tidak harus pada jam yang sama. Jadi bisa jam berapa aja sebisanya kita. Setelah makan siang, kami berangkat ke klinik. Sepupuku membawa mobil begitu pelan dan hati-hati bak membawa barang pecah belah....hahahaha.... "Bahaya ini gue bawa barang mahal...kudu extra hati-hati!"
Pada hari ke-2 ini yang aku rasakan masih seperti kemarin, perut berasa begah, penuh, dan suka rasa cekat cekit itu datang dan pergi.
14 February 2015: Day 3 injection Pregnyl #1500. Hari Sabtu ini aku diajak suami untuk pergi sekedar refreshing. Mungkin dia juga kasian melihat aku hanya terkungkung di rumah. Entah kenapa hari ini begitu macet di sepanjang jalan, mungkin juga hari ini pas dengan hari Valentine dan jatuh pada hari Sabtu! Suamiku pun tak mau kalah dengan para ABG diluar sana. Dia mengajakku nonton bioskop. Kami menonton Nada Untuk Asa di Lotte Bintaro, kemudian dilanjutkan dengan makan sushi - tetapi aku memilih yang matang saja kali ini. Sehabis ini kami belanja di Lotte sebentar dan kemudian bersiap untuk ke gereja. Setelah itu kami langsung menuju ke klinik untuk suntik.
16 February 2015: Day 4 injection Pregnyl #1500. Hari ini di perutku aku merasakan rasa yang sangat aneh sekali. Rasa nyeri yang amat sangat seperti orang mau datang haid. Selama ini belum pernah merasakan nyeri yang seperti ini. Aku hanya bisa menahan dan meringis saja sambil terus berdoa dan tetap pasrah kepada Tuhan. Dalam doa aku mengatakan, "Tuhan jika memang hanya sampai disini saja penantianku...aku mohon kekuatan lebih dariMu untuk melewati semuanya ini. Untuk bisa menerima semua keputusanMu dengan penuh keiklasan dan rasa syukur." Tetapi setelah peristiwa nyeri hebat itu, tidak ada setitik darah-pun keluar. Puji Tuhan....masih aman :) Suntik hari ini aku diantar suami ke klinik setelah dia pulang dari kantor.
18 February 2015: Day 5 injection Pregnyl #1500. Hari ini perut masih seperti biasa, nyeri sedikit-sedikit, begah sudah pasti. Suntik hari ini kita mencoba ke dokter umum dekat rumah yang kebetulan adalah teman gereja. Problem sembelit mulai melanda....
20 February 2015: Day 6 injection Pregnyl #1500. Hari ini suntik terakhir kembali ke dokter umum dekat rumah. Aku sengaja berjalan kaki saja biar peredaran darah lancar sedikit haha...
23 February 2015: Hari ini adalah hari pertama aku mulai masuk kantor setelah cuti 2 minggu. Dan pagi ini aku mencoba memberanikan diri untuk testpack sendiri karena penasaran akan hasilnya. Masih pisah ranjang dengan suamiku karena aku tidur di kamar bawah, jam 05.45am aku bangun langsung menuju kamar mandi dan pipis. Karena memang tidak terlalu dipersiapkan sebelumnya, maka pagi itu aku sempat bingung mencari wadah untuk menampung pipisku. Alhasil tutup botol air mineral yang jadi sasaranku :p Setelah menampung pipisku, kemudian aku duduk di tangga tepi kamar mandi dan mencelupkan tespack sambil menghitung selama 30 detik. Setelah 30 detik, kuangkat tespack-nya dan kuperhatikan pergerakan air yang makin naik. Garis pertama sudah terlihat jelas sementara garis penentu belum terlihat...aku pasrah...aku sudah siap kecewa saat itu...seperti biasa setiap melakukan tespack selalu berakhir dengan kekecewaan. Tetapi....kali ini agak berbeda...setelah menunggu beberapa saat, lambat laun garis penentu keluar samar-samar dan makin kelihatan...Oh my God !! aku sampai membelalakkan mataku berkali-kali karena memang tidak percaya dengan pengelihatanku. Tangan ini mulai bergetar, air mata bahagia mulai membasahi pipi ini dan aku mulai memanggil suamiku dengan suara parau...3 kali aku memanggilnya, tetapi dia tidak kunjung datang...terakhir hanya menjawab "mhhhh..." dari kamar atas karena memang belum bangun. Kemudian aku sedikit berteriak "pah...sepertinya mama hamil..." Langsung aku dengar suamiku dengan sangat terburu-buru bangun dari tempat tidurnya dan berlari turun menyusuri tangga dan langsung memelukku dari belakang melihat testpack yang kupegang dengan tangan masih bergetar....dan dia langsung menciumku, memelukku dengan erat...kami menangis bersama...mensyukuri apa yang baru saja kami dapatkan dari Tuhan. Walaupun garis ke-2 itu masih belum sejelas garis yang pertama, tapi itu sudah cukup menjelaskan bahwa aku hamil. Terima kasih Tuhan Yesus atas kebahagiaan ini.
Setelah itu beberapa saat kemudian kami bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
24 February 2015: Hari ini adalah hari yang ditentukan untuk penerimaan raport IVF kami. Pagi-pagi kembali aku melakukan testpack dengan 2 merk yang berbeda - dan hasil masih menunjukkan sama, 2 garis walau garis penentu masih samar. Setelah bersiap kami menuju klinik untuk ambil darah. Ketiga sample aku bawa ke klinik untuk kutunjukkan pada suster jaga :) Sesampainya kami di klinik yang masih pagi, aku langsung menuju lab untuk pengambilan darah. Setelah itu aku tunjukkan hasil testpack kepada suster dan mereka mengatakan bahwa aku hamil...let see hasil dari ßhcg nanti malam..
Sampai di kantor, aku menyapa beberapa rekan dan kembali bekerja. Jujur bekerja setelah sekian lama off membuatku susah berkonsentrasi. Mungkin juga fokusku masih kepada hasil nanti malam. Setelah makan siang, aku seperti merasakan ingin pup. Akhirnya aku coba mengikuti rasa ini karena memang sudah beberapa hari ini aku sembelit tidak bisa BAB. Tetapi apa yang terjadi, setelah 1 jam di toilet aku tidak bisa BAB....pup-nya tidak bisa keluar!!! aku mulai salah tingkah, keringat dingin, bingung....dari posisi duduk, jongkok, berdiri, hingga duduk kembali, jongkok, berdiri....tetap tidak bisa keluar...hanya tertahan di belakang. Jujur aku sangat takut untuk mengejan terlalu keras karena statusku yang hamil ini. Alhasil setelah 1 jam lebih aku tidak berhasil, aku mencoba untuk melangkah keluar kamar mandi dengan kondisi sangat lemah dan pucat. Sesampai di ruangan, rekan-rekanku kaget melihat kondisiku, kemudian mereka membantu membereskan barang-barangku karena aku mengatakan aku mau pulang, ada yang membuatkan aku teh manis hangat, ada yang membantu memanggilkan taxi, ada yang menjagaku. Sekitar jam 3 aku dipapah keluar menuju taxi. Selama perjalanan aku benar-benar tersiksa. Aku mencoba menghubungi suamiku, dan mamaku untuk menanyakan apa si mbak masih dirumah karena ternyata kunci rumah tertinggal di mobil tadi pagi. Mama yang mendengar suaraku seperti itu langsung panik. Dia mulai berpikir yang tidak-tidak. Aku juga berhasil menghubungi suamiku dan memintanya untuk menghubungi klinik apa yang harus aku lakukan atau ada obat apa yang bisa mengatasi masalahku saat ini, dan si mbak aku suru standby di depan rumah untuk membawakan barang-barangku. Aku langsung menuju kamar mandi dan mencoba melanjutkan perjuanganku yang belum selesai. Sambil berdoa dan pasrah kalau memang karena peristiwa ini harus kehilangan baby-ku. Tetapi tentu saja aku sangat berharap Tuhan berkenan melindungi babyku. Setelah beberapa saat akhirnya aku mengambil keputusan untuk mengejan sampai tuntas dan berhasil berkat pertolongan Tuhan. Fiuhhh lega sekali rasanya.....sampai ngos-ngosan dan sangat lemas. Aku langsung berbaring mengatur nafas. Setelah itu baru aku menceritakan kejadian yang sebenarnya ke si mbak yang ikutan panik karena berita yang tidak-tidak karangan mama. Aku minta dia menelpon mama untuk memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi, karena mamaku sudah mengarang cerita dengan mengatakan bahwa aku pasti mens tetapi tidak mau jujur mengatakannya dan dia sudah menyebarkan rumor itu ke adikku, papa, dan si embak yang membuat mereka semua sedih dan khawatir. What a mess afternoon...?! Dan beberapa saat kemudian mamaku sudah muncul di kamarku! Ternyata dia nekat naik angkot hanya untuk melihat kondisiku. I love you mama....
Sesampainya suamiku di rumah, kami langsung bersiap menuju klinik untuk bagi raport. Perasaan deg-degan tetap saja ada walaupun kami sudah ada hasil dari testpack.
Bertemu dengan dokter disambut dengan pertanyaan,"bagaimana kabarnya bu?happy nggak nih..?" kami tersenyum dan menjawab "happy dok...tetapi tadi siang ada kejadian seru..." dan kami menceritakan apa yang terjadi. Dokter menyarankan untuk banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan. Kemudian beliau membacakan hasil test ßhcg dan menyalami kami dengan berkata,"selamat ya bu...berdasarkan hasilnya, ibu positif hamil...! kadar ßhcg-nya cukup tinggi 207.3 dengan progesteron >80." Aku seperti tidak percaya dengan kata-kata yang baru kudengar...Oh my God jadi benar aku hamil?!! "seriusss dok??!" ya ampun...Alleluya puji Tuhan...inikah jawaban dari tiap doa yang kami daraskan sepanjang hampir 9 tahun pernikahan kami? benar-benar seperti mimpi! Suamiku kemudian mencium pipiku dan membelai kepalaku. We then cherish this moment for a while.. Dokter juga memberikan penguat kandungan Duphaston dan vitamin Fetavita, sementara Cygest dihentikan dulu karena aku mengeluh gatal. Kemudian setelah menyelesaikan administrasi, kami pulang menuju rumah mama dan mertua untuk menyampaikan kabar suka cita ini walau hari telah larut. Karena kami juga tahu bahwa mereka semua sangat menanti hasil raport IVF kami. Dalam perjalanan kami merencanakan apa yang akan kami katakan selanjutnya...
Seperti yang sudah bisa ditebak...setelah kami bersandiwara sambil menyerahkan hasil lab ßhcg kepada orang tua kami yang notabene mereka tidak mengerti isinya, mereka melonjak kegirangan setelah suamiku mengatakan bahwa dia akan menjadi seorang ayah... :)
Aahhh....terima kasih Tuhan untuk semua yang telah Engkau berikan kepada kami sekeluarga...melihat orang tua kami begitu bahagia mendengar kabar ini, adalah merupakan kebahagiaan bagi kami juga bisa melihat mereka tersenyum bahagia seperti saat ini. Semoga Engkau selalu menyertai langkah-langkah kami selanjutnya dan semoga saja bayi ini bisa berkembang sehat dalam rahimku sampai saatnya melahirkan nanti...amen.
to be continued....
Me and my hubby has been married for a long time...And within our journey, we've been trying to have a baby but nothing happened until we made a decision to do the IVF program by early 2015. This is our last chance after so many treatments we were followed.
Wednesday, 11 March 2015
Saturday, 21 February 2015
Starting my IVF cycle - Part 3
10 February 2015: It's ET time ! Kami bangun jam 04.00 pagi untuk kemudian bersiap menuju klinik. Tepat jam 06 kurang 15 kami sudah sampai di klinik. Perjalanan kami masih disertai dengan hujan dan berharap jalan yang kami lalui tidak ada genangan banjir yang akan menyulitkan kami. Dan benar saja, tadi pada satu titik kami harus menerobos genangan air setinggi sekitar 20cm. Tetapi Tuhan tetap menyertai kami dan kami bisa sampai di klinik tepat waktu seperti yang telah ditentukan.
Kemudian kami menuju lantai 3 dan suster memintaku untuk berganti baju pasien tanpa mengenakan pakaian dalam. Aku diminta untuk berbaring sambil menunggu giliran dan diharuskan untuk menahan pipis nanti pada saat ET berlangsung. OMG...menahan pipis bagiku rasanya seperti disiksa! Selama menunggu giliran itupun aku sudah bolak-balik kamar mandi sebanyak 3x untuk pipis kemudian minum lagi...hahaha. Terlihat kali ini suamiku lebih nervous dibandingkan aku yang agak lebih tenang. Sebelum dipanggil, aku menyempatkan diri untuk selfie dulu...hihihi.
Tepat jam 08.30 kami dipanggil masuk menemui sang dokter untuk dijelaskan mengenai jumlah embrio yang akan ditransfer. Disini dokter menjelaskan proses awal sel telur dibuahi sampai pada hari ke-3 (hari ini); dijelaskan bahwa dari 16 sel telur yang didapat dari OPU, ternyata ada 1 sel telur yang regenerasi dan 2 sel telur tidak matang....jadi 3 ini tidak diikutsertakan dalam proses ICSI (tidak bisa dibuahi). Jadi total ada sisa 13 sel telur yang akan di ICSI.
Hari ke-1 (08 Feb): 13 embrio masih di-review.
Hari ke-2 (09 Feb): ada 2 embrio yang tidak berkembang; sisa 11 embrio masih dilihat perkembangannya.
Hari ke-3 (10 Feb) hari ini sebelum ET: sisa 10 embrio karena 1 kembali gagal berkembang. Dari 10 embrio ini akan ditransfer 3 embrio dengan kwalitas excellent, sisanya masih akan di-review untuk menentukan berapa banyak yang akan disimpan beku.
Inilah screenshot dari penjelasan yang diberikan oleh dokter. Terlihat di layar ada 10 embrio, dan ada 3 yang akan dimasukkan ke dalam rahimku sesaat lagi.
Kemudian suster mempersilahkan suamiku untuk keluar ruangan tindakan. Ternyata dia tidak boleh menemaniku saat proses ET dilakukan. Padahal setahuku ada beberapa rumah sakit yang memperbolehkan suaminya untuk ikut serta dalam proses ET. Ya sudahlah...kembali suamiku melambaikan tangannya dan kamipun berpisah.
Suster mempersilahkan aku untuk kembali duduk di kursi 'pesakitan' yang sama pada saat dilakukan OPU beberapa hari yang lalu. Ternyata ini adalah ruangan yang sama. Setelah 3 suster itu mempersiapkan posisiku, mereka kemudian memanggil dokter. Proses ET ini tidak memerlukan pembiusan, jadi aku bisa melihat prosesnya dari awal hingga akhir. Kemudian dokter memasukkan spekulum, sementara embriologis mengambil 3 embrio kecilku yang kemudian dimasukkan ke dalam selang kecil. Semua terlihat jelas dari TV besar yang terpampang di depanku. Dengan spontan aku berteriak "hi babies!!" yang menyebabkan dokter dan para suster tersenyum padaku. Setelah embriologis itu membawa selang kecil tersebut masuk ke dalam ruangan, dokter menerimanya dan langsung memasukkannya ke dalam rahimku. Sementara perut bagian bawahku yang boleh dibilang sedang full tank karena nahan pipis harus kembali di'siksa' dengan alat USG yang ditekan diperutku....alamaaakkk aku sampe berteriak "Aduhh dokk...kepingin pipis ini...." tetapi dengan santainya si dokter bilang "sabar ya bu....tahan dulu..." huhuhuhu....dan suster yang duduk disampingku membelai tanganku sambil berkata,"sabar ya bu...tuh embrio-embrionya yang akan jadi calon baby-nya mau masuk...berdoa terus ya bu..." aku terus melantunkan doa salam maria sepanjang proses tersebut. Dannn...akhirnya prosesnya berakhir, dokter menyalami aku dengan berpesan "terus berdoa ya bu...semoga berhasil berkembang menjadi janin." Amenn dokk....selesailah sudah tugas manusia sampai disini...selanjutnya adalah kuasa Tuhan yang bekerja. Dialah yang akan memutuskan untuk memberikan nafas kehidupan bagi embrio-embrio tersebut atau tidak. Kini saatnya kita pasrah dan berserah pada kehendakNya. Terima kasih dokter...terima kasih suster...terima kasih Tuhan.
Setelah itu, suster memasangkan kateter dan memindahkanku pada ranjang yang sudah disiapkan karena aku harus tetap pada posisi berbaring selama beberapa jam. Kemudian suster mendorong ranjangku dan mengantarkanku kembali ke ruang recovery. Disana suamiku sudah menanti. Diciumnya keningku dan digenggamnya erat tangan ini. Karena sudah tidak tahan aku mulai pipis dengan kateter...haduhhhh rasanya sakit sekali...seperti anyang-anyangan tingkat tinggi, sampai mataku mengeluarkan air mata saking sakitnya. Kemudian suamiku memasangkan earphone di telingaku dengan lantunan relaxing music. Hal ini membuat aku begitu relax-nya sehingga mengantuk dan tertidurlah aku.
Beberapa saat kemudian aku terbangun dan merasa sedikit lapar. Suamiku memberikan roti yang didapat dari klinik. Tetapi aku tidak selera, ingin makan yang panas dan segar. Kemudian suster datang untuk melepas kateter dan menyuntikkan Pregnyl secara IM (Intramuscular) di bokong. Akhirnya setelah 4 jam kami diperbolehkan pulang. Tepat jam 12.00 siang kami langsung menuju Puri Indah Mall untuk makan di Shabu Tei. Disana kami memesan shabu-shabu seafood...emhhh yummy !! Bon appetite...
Resep obat:
Kemudian kami menuju lantai 3 dan suster memintaku untuk berganti baju pasien tanpa mengenakan pakaian dalam. Aku diminta untuk berbaring sambil menunggu giliran dan diharuskan untuk menahan pipis nanti pada saat ET berlangsung. OMG...menahan pipis bagiku rasanya seperti disiksa! Selama menunggu giliran itupun aku sudah bolak-balik kamar mandi sebanyak 3x untuk pipis kemudian minum lagi...hahaha. Terlihat kali ini suamiku lebih nervous dibandingkan aku yang agak lebih tenang. Sebelum dipanggil, aku menyempatkan diri untuk selfie dulu...hihihi.
Tepat jam 08.30 kami dipanggil masuk menemui sang dokter untuk dijelaskan mengenai jumlah embrio yang akan ditransfer. Disini dokter menjelaskan proses awal sel telur dibuahi sampai pada hari ke-3 (hari ini); dijelaskan bahwa dari 16 sel telur yang didapat dari OPU, ternyata ada 1 sel telur yang regenerasi dan 2 sel telur tidak matang....jadi 3 ini tidak diikutsertakan dalam proses ICSI (tidak bisa dibuahi). Jadi total ada sisa 13 sel telur yang akan di ICSI.
Hari ke-1 (08 Feb): 13 embrio masih di-review.
Hari ke-2 (09 Feb): ada 2 embrio yang tidak berkembang; sisa 11 embrio masih dilihat perkembangannya.
Hari ke-3 (10 Feb) hari ini sebelum ET: sisa 10 embrio karena 1 kembali gagal berkembang. Dari 10 embrio ini akan ditransfer 3 embrio dengan kwalitas excellent, sisanya masih akan di-review untuk menentukan berapa banyak yang akan disimpan beku.
Inilah screenshot dari penjelasan yang diberikan oleh dokter. Terlihat di layar ada 10 embrio, dan ada 3 yang akan dimasukkan ke dalam rahimku sesaat lagi.
Kemudian suster mempersilahkan suamiku untuk keluar ruangan tindakan. Ternyata dia tidak boleh menemaniku saat proses ET dilakukan. Padahal setahuku ada beberapa rumah sakit yang memperbolehkan suaminya untuk ikut serta dalam proses ET. Ya sudahlah...kembali suamiku melambaikan tangannya dan kamipun berpisah.
Suster mempersilahkan aku untuk kembali duduk di kursi 'pesakitan' yang sama pada saat dilakukan OPU beberapa hari yang lalu. Ternyata ini adalah ruangan yang sama. Setelah 3 suster itu mempersiapkan posisiku, mereka kemudian memanggil dokter. Proses ET ini tidak memerlukan pembiusan, jadi aku bisa melihat prosesnya dari awal hingga akhir. Kemudian dokter memasukkan spekulum, sementara embriologis mengambil 3 embrio kecilku yang kemudian dimasukkan ke dalam selang kecil. Semua terlihat jelas dari TV besar yang terpampang di depanku. Dengan spontan aku berteriak "hi babies!!" yang menyebabkan dokter dan para suster tersenyum padaku. Setelah embriologis itu membawa selang kecil tersebut masuk ke dalam ruangan, dokter menerimanya dan langsung memasukkannya ke dalam rahimku. Sementara perut bagian bawahku yang boleh dibilang sedang full tank karena nahan pipis harus kembali di'siksa' dengan alat USG yang ditekan diperutku....alamaaakkk aku sampe berteriak "Aduhh dokk...kepingin pipis ini...." tetapi dengan santainya si dokter bilang "sabar ya bu....tahan dulu..." huhuhuhu....dan suster yang duduk disampingku membelai tanganku sambil berkata,"sabar ya bu...tuh embrio-embrionya yang akan jadi calon baby-nya mau masuk...berdoa terus ya bu..." aku terus melantunkan doa salam maria sepanjang proses tersebut. Dannn...akhirnya prosesnya berakhir, dokter menyalami aku dengan berpesan "terus berdoa ya bu...semoga berhasil berkembang menjadi janin." Amenn dokk....selesailah sudah tugas manusia sampai disini...selanjutnya adalah kuasa Tuhan yang bekerja. Dialah yang akan memutuskan untuk memberikan nafas kehidupan bagi embrio-embrio tersebut atau tidak. Kini saatnya kita pasrah dan berserah pada kehendakNya. Terima kasih dokter...terima kasih suster...terima kasih Tuhan.
![]() |
| titik putih diatas adalah embrio2ku |
Setelah itu, suster memasangkan kateter dan memindahkanku pada ranjang yang sudah disiapkan karena aku harus tetap pada posisi berbaring selama beberapa jam. Kemudian suster mendorong ranjangku dan mengantarkanku kembali ke ruang recovery. Disana suamiku sudah menanti. Diciumnya keningku dan digenggamnya erat tangan ini. Karena sudah tidak tahan aku mulai pipis dengan kateter...haduhhhh rasanya sakit sekali...seperti anyang-anyangan tingkat tinggi, sampai mataku mengeluarkan air mata saking sakitnya. Kemudian suamiku memasangkan earphone di telingaku dengan lantunan relaxing music. Hal ini membuat aku begitu relax-nya sehingga mengantuk dan tertidurlah aku.
Beberapa saat kemudian aku terbangun dan merasa sedikit lapar. Suamiku memberikan roti yang didapat dari klinik. Tetapi aku tidak selera, ingin makan yang panas dan segar. Kemudian suster datang untuk melepas kateter dan menyuntikkan Pregnyl secara IM (Intramuscular) di bokong. Akhirnya setelah 4 jam kami diperbolehkan pulang. Tepat jam 12.00 siang kami langsung menuju Puri Indah Mall untuk makan di Shabu Tei. Disana kami memesan shabu-shabu seafood...emhhh yummy !! Bon appetite...
Resep obat:
| Cygest 400mg, Duphaston, Progynova 2mg, Methylprednisolone 4mg, Pregnyl 1500iu untuk 5 hari ke depan (setiap 2 hari sekali). 12 February 2015: Diinfokan oleh suster di klinik bahwa embrio yang akan disimpan beku ada 2 embrio dengan kualitas excellent dan sudah blastocyst dengan sempurna (pembelahan sel yang complex-tidak terhitung). Yang lainnya gugur karena tidak melakukan pembelahan dengan sempurna. Kami diminta untuk melakukan pembayaran - frozen embryo. Setelah membaca surat perjanjian antara pasien si pemilik embrio dan pihak klinik, dituliskan bahwa embrio bisa disimpan maksimal 5 tahun dengan perpanjangan biaya per tahun. Proses berikutnya adalah saatnya menikmati 2WW (two weeks wait) menanti pembagian raport - apakah akan menjadi negative atau positive pregnant. Kami serahkan hasilnya kepada Tuhan karena Dialah pemilik kehidupan. to be continued .... |
Starting my IVF cycle - Part 2
07 February 2015: Tiba saatnya OPU (Ovum Pick Up) !! Setelah sejak tadi malam (tepatnya jam 10.00 pm) aku harus berpuasa tidak boleh makan dan minum setelah jam tersebut, pagi ini aku bangun dengan perasaan bahagia campur deg-degan juga. Suster meminta kami sudah berada di lokasi pada jam 07.00 pagi. Alhasil, kami bangun jam 05.00 pagi, dan sesuai peraturan bahwa pada saat OPU kita tidak boleh ber-make up sama sekali - no deodorant, no parfume, no bedak, no lotion, pokoknya polossss! termasuk tidak boleh memakai perhiasan. Aku yang terbiasa kemana-mana tidak pernah berpolos ria seperti ini jadi merasa agak risih yah...hahaha
Kami tiba di klinik jam 7 tepat. Sesampainya disana kami langsung menyelesaikan segala administrasi dahulu sebelum tindakan dilakukan, termasuk suamiku harus menandatangani surat pernyataan bahwa dia setuju untuk dilakukan OPU terhadap istrinya....hahaha ya iyalah...masak udah segini jauh melangkah terus tetibaan dia gak setuju gitu? Proses administrasi ini juga sekaligus pembayaran proses ET (Embryo Transfer).
Setelah semuanya beres, kami memasuki ruang recovery; disana aku diminta berganti baju pasien dan tidak memakai pakaian dalam apapun, dan kemudian aku berbaring. Suamiku terlihat tenang duduk disampingku memberikan aku support. Sementara aku agak nervous dan semakin nervous ketika 3 suster masuk menghampiriku untuk memasangkan jarum di tangan kiriku guna proses anestesi nanti....melihat jarumnya yang begitu besar aku benar-benar merasa ngilu dan benar-benar ngilu ketika jarum itu masuk menusuk vena-ku, sementara tangan kananku memegang hp yang aku gunakan untuk chatting dengan sahabatku supaya aku tidak melihat proses penusukan dan tidak terlalu merasakan ngilunya. Tulisan-tulisannya yang kocak dan gambar yang dia kirimkan benar-benar bisa menghiburku dan membuatku sedikit melupakan rasa ngilu yang ada...Thanks Tamiko *peluk*
Terdengar sayup-sayup juga ada seorang wanita didampingi suami dan anaknya yang juga akan melakukan OPU berada dalam 1 ruangan denganku. Kulihat suamiku tenang berdoa disampingku.
Tepat jam 08.30 suster masuk dan memintaku untuk mengikutinya menuju ruang operasi yang berada di lantai 3 diikuti dengan suamiku. Tiba di pintu masuk ruang operasi aku berpisah dengan suamiku karena dia tidak diperbolehkan masuk - dia melambaikan tangannya padaku untuk memberikan support terakhir. Setelah itu suster menutup pintu ruang operasi dan memakaikan penutup rambut dan memintaku untuk memakai sandal steril. Terlihat di ruangan tersebut sudah menanti seorang dokter anestesi, beberapa suster dan dokter Gita Pratama SpOG, MRepSc yang akan melakukan proses OPU. Dr Gita juga sempat menyapaku sesaat sebelum dimulainya proses OPU. Kemudian aku diminta suster untuk berbaring di kursi 'pesakitan' sementara dokter anestesi disamping kiriku mulai memasukkan obat bius melalui tanganku sambil mengajakku berbicara. Aku juga mengatakan bahwa ini kali pertama aku menjalani yang namanya proses anestesi karena memang aku belum pernah dioperasi sebelumnya. Kulihat sekeliling para suster itu sibuk mempersiapkan berbagai macam alat termasuk juga sibuk memasangkan kain2 disekitar paha dan kakiku. Dannn....selanjutnya akupun tak sadarkan diri.
Setelah aku sadar, aku sudah berada di ruang pemulihan yang berada tepat di samping ruang operasi. Seorang suster membangunkan aku untuk kemudian memintaku duduk di kursi roda untuk diantarnya kembali ke kamar dimana tadi aku berbaring. Rasanya mata ini masih sulit untuk dibuka dan ingin tidur. Sesampai di kamar, benar saja aku langsung kembali terlelap. Sepertinya obat biusnya masih tersisa atau memang aku yang pelor? ;)
Setelah beberapa jam tertidur, akhirnya aku terbangun dengan perasaan lapar yang amat sangat. Maklumlah, tidak makan sejak semalam. Akhirnya suamiku memberikan makan siang yang diberikan oleh pihak klinik....Yipiieee paket ayam dari McD!! wow...entah kenapa aku girang seperti ini, mungkin karena sudah lama sekali stop makan makanan junk food dan mungkin juga karena kelaparan...hahaha. Tak berapa lama suster memanggil suamiku untuk pengambilan sperma.
Setelah makan kenyang dan menunggu beberapa jam, akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang. Sebelumnya suster sudah mencopot jarum yang bercokol di tanganku itu. Melalui salah satu suster yang ikut dalam proses OPU, menginformasikan padaku bahwa 2 kista yang berada dalam tubuhku sudah diambil juga bersamaan dengan proses OPU tadi. Alleluya puji Tuhan....kami benar-benar surprise mendengar berita ini. Diinformasikan juga bahwa satu kista (fungsional) berisi sel telur dan 1 kista coklat sudah diberikan ke bagian lab untuk diperiksa lebih lanjut. Kemudian dokter juga menjelaskan kepada kami bahwa memang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada kista coklat tersebut, yang mereka sebut sebagai histopatologi jaringan sedang (3-7cm). Disamping itu, diinfokan juga jumlah total sel telur yang diambil ada 26 buah, tetapi yang akan dipakai hanya 16 sel telur; sisanya mungkin rusak atau hanya cangkangnya saja. Fiuhhh....senang sekali mendengarnya...bisa panen banyak telur dan punya lumayan banyak telur yang akan maju untuk dibuahi melalui proses ICSI (Intra-Cytoplasmic Sperm Injection). Terima kasih Tuhan Yesus untuk semua proses yang kami boleh jalani ini. Semoga hasilnya boleh sesuai dengan harapan kami. Amen..
Resep obat:
Kami tiba di klinik jam 7 tepat. Sesampainya disana kami langsung menyelesaikan segala administrasi dahulu sebelum tindakan dilakukan, termasuk suamiku harus menandatangani surat pernyataan bahwa dia setuju untuk dilakukan OPU terhadap istrinya....hahaha ya iyalah...masak udah segini jauh melangkah terus tetibaan dia gak setuju gitu? Proses administrasi ini juga sekaligus pembayaran proses ET (Embryo Transfer).
Setelah semuanya beres, kami memasuki ruang recovery; disana aku diminta berganti baju pasien dan tidak memakai pakaian dalam apapun, dan kemudian aku berbaring. Suamiku terlihat tenang duduk disampingku memberikan aku support. Sementara aku agak nervous dan semakin nervous ketika 3 suster masuk menghampiriku untuk memasangkan jarum di tangan kiriku guna proses anestesi nanti....melihat jarumnya yang begitu besar aku benar-benar merasa ngilu dan benar-benar ngilu ketika jarum itu masuk menusuk vena-ku, sementara tangan kananku memegang hp yang aku gunakan untuk chatting dengan sahabatku supaya aku tidak melihat proses penusukan dan tidak terlalu merasakan ngilunya. Tulisan-tulisannya yang kocak dan gambar yang dia kirimkan benar-benar bisa menghiburku dan membuatku sedikit melupakan rasa ngilu yang ada...Thanks Tamiko *peluk*
Terdengar sayup-sayup juga ada seorang wanita didampingi suami dan anaknya yang juga akan melakukan OPU berada dalam 1 ruangan denganku. Kulihat suamiku tenang berdoa disampingku.
Tepat jam 08.30 suster masuk dan memintaku untuk mengikutinya menuju ruang operasi yang berada di lantai 3 diikuti dengan suamiku. Tiba di pintu masuk ruang operasi aku berpisah dengan suamiku karena dia tidak diperbolehkan masuk - dia melambaikan tangannya padaku untuk memberikan support terakhir. Setelah itu suster menutup pintu ruang operasi dan memakaikan penutup rambut dan memintaku untuk memakai sandal steril. Terlihat di ruangan tersebut sudah menanti seorang dokter anestesi, beberapa suster dan dokter Gita Pratama SpOG, MRepSc yang akan melakukan proses OPU. Dr Gita juga sempat menyapaku sesaat sebelum dimulainya proses OPU. Kemudian aku diminta suster untuk berbaring di kursi 'pesakitan' sementara dokter anestesi disamping kiriku mulai memasukkan obat bius melalui tanganku sambil mengajakku berbicara. Aku juga mengatakan bahwa ini kali pertama aku menjalani yang namanya proses anestesi karena memang aku belum pernah dioperasi sebelumnya. Kulihat sekeliling para suster itu sibuk mempersiapkan berbagai macam alat termasuk juga sibuk memasangkan kain2 disekitar paha dan kakiku. Dannn....selanjutnya akupun tak sadarkan diri.
Setelah aku sadar, aku sudah berada di ruang pemulihan yang berada tepat di samping ruang operasi. Seorang suster membangunkan aku untuk kemudian memintaku duduk di kursi roda untuk diantarnya kembali ke kamar dimana tadi aku berbaring. Rasanya mata ini masih sulit untuk dibuka dan ingin tidur. Sesampai di kamar, benar saja aku langsung kembali terlelap. Sepertinya obat biusnya masih tersisa atau memang aku yang pelor? ;)
Setelah beberapa jam tertidur, akhirnya aku terbangun dengan perasaan lapar yang amat sangat. Maklumlah, tidak makan sejak semalam. Akhirnya suamiku memberikan makan siang yang diberikan oleh pihak klinik....Yipiieee paket ayam dari McD!! wow...entah kenapa aku girang seperti ini, mungkin karena sudah lama sekali stop makan makanan junk food dan mungkin juga karena kelaparan...hahaha. Tak berapa lama suster memanggil suamiku untuk pengambilan sperma.
Setelah makan kenyang dan menunggu beberapa jam, akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang. Sebelumnya suster sudah mencopot jarum yang bercokol di tanganku itu. Melalui salah satu suster yang ikut dalam proses OPU, menginformasikan padaku bahwa 2 kista yang berada dalam tubuhku sudah diambil juga bersamaan dengan proses OPU tadi. Alleluya puji Tuhan....kami benar-benar surprise mendengar berita ini. Diinformasikan juga bahwa satu kista (fungsional) berisi sel telur dan 1 kista coklat sudah diberikan ke bagian lab untuk diperiksa lebih lanjut. Kemudian dokter juga menjelaskan kepada kami bahwa memang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada kista coklat tersebut, yang mereka sebut sebagai histopatologi jaringan sedang (3-7cm). Disamping itu, diinfokan juga jumlah total sel telur yang diambil ada 26 buah, tetapi yang akan dipakai hanya 16 sel telur; sisanya mungkin rusak atau hanya cangkangnya saja. Fiuhhh....senang sekali mendengarnya...bisa panen banyak telur dan punya lumayan banyak telur yang akan maju untuk dibuahi melalui proses ICSI (Intra-Cytoplasmic Sperm Injection). Terima kasih Tuhan Yesus untuk semua proses yang kami boleh jalani ini. Semoga hasilnya boleh sesuai dengan harapan kami. Amen..
Resep obat:
| Cygest 400mg, Duphaston, Progynova 2mg, Methylprednisolone 4mg for 3 days! 09 February 2015: Hujan deras sejak semalaman mengharuskan kami tetap berada di rumah karena berita banjir dimana-mana. Tiba-tiba HP ku berdering dan suster meneleponku memberitahukan bahwa besok jadwal ET !! dimohon sudah berada di lokasi jam 6 kurang. Wow... tak kusangka begitu cepat jadwal ET dari proses OPU ?! what should i do? boohhooo.... antara panik dan excited jadi satu di hati ini...! aku mau me-relax-kan diri dulu ahh....Langsung saja aku minta suamiku untuk mengantarkanku ke tempat spa yang berada di Bintaro. Poetre Spa milik Wulan Guritno menjadi pilihanku. Jam 7 malam selesai sudah serangkaian kegiatan spa. Kemudian kami mencari makan malam dan pulang untuk istirahat persiapan besok. to be continued .... |
Sunday, 15 February 2015
Starting my IVF cycle - Part 1
Hi readers, as promised aku lanjutin lagi yach ceritaku menjelang pelaksanaan IVF.
2015: Setelah sempat terhenti selama 3 bulan sejak our last visit dengan dr Budi Wiweko di bulan Oktober 2014 yang lalu, akhirnya kami kembali memantapkan hati kami untuk memulai proses IVF kami ini di bulan Januari. Kenapa kok terhenti..? ini dikarenakan pada saat itu kami masih sibuk mengurusi tetek bengek urusan adik iparku yang menikah di bulan Desember 2014, maka kami memutuskan untuk nge-pause dulu program kami demi lancarnya proses pernikahan adik iparku, dan juga memang di bulan itu kami-pun masih disibukkan dengan rangkaian perayaan Natal. Tetapi kegiatan olah raga, akupuntur, dan pola hidup sehat tetap kami terapkan terutama menjelang menunggu si 'tamu bulanan' datang menghampiri, semua menjadi lebih intens dilakukan.
24 January 2015: Akhirnya haid yang ditunggu-tunggu keluar juga...dan inilah saatnya dimana kami harus visit dokter sebagai awal dari serangkaian IVF proses. Setelah mendaftar via telepon, kami mendapatkan urutan nomor kecil di pagi hari, kebetulan karena bukan jadwalnya dr Iko praktek, maka kami di-handle dengan dr Upik SpOG. Beliau mengatakan kondisi rahim beserta penghuninya (baca:telur-telurku) sudah siap untuk distimulasi - tidak perlu ada lagi tes-tes lain.
Kemudian kami diharuskan untuk membayar DP sebesar 50% dari total biaya IVF (ini belum termasuk biaya jika nanti kami memerlukan suntikan/treatment tambahan di luar paket). Setelah melakukan pembayaran, kami diberikan seperangkat injection tools berupa Gonal-F dosis 300iu untuk 4 hari yang akan dimulai pada tanggal 26 Januari (haid hari ke-3). Disini kami juga diajarkan bagaimana cara menyuntikkan Gonal-F tersebut. Disebutkan bahwa posisi jarum suntik harus berada sekitar 2-3 jari dibawah pusar, boleh sambil berdiri ataupun posisi tidur. Boleh suntik sendiri, atau minta tolong suami :) Kami meminta suster untuk melakukan oplosan obat tersebut, sehingga nanti tinggal kami suntikkan saja di rumah...hehehe...gak mau repot banget yach?! "Bu...Gonal ini harus disimpan dalam keadaan dingin yach..jadi ibu harus sedia cooler box untuk bawa-bawa si Gonal ini...terus nanti kalau sudah sampai dirumah, dimasukkan ke lemari es ya bu.." ujarnya. Aiiihhh....sepertinya si Gonal ini fragile sekali yah..harus dijaga dengan baik....Ya iyalah...harganya aja tau sendiri kan?! haha...ya sudah, akhirnya kami memutuskan untuk membeli cooler box di apotik klinik.
26 January 2015: Tiba saatnya kami harus memulai hari-hari kami dengan para jarum suntik ini. Dan ini adalah kali pertama aku harus menyuntikkan Gonal-F ke dalam perutku. Setelah sok jagoan merasa yakin bisa melakukan sendiri tanpa bantuan suami, begitu Gonal sudah berada di dalam suntikan dan ujung jarum sudah menyentuh kulitku, ehhhh...keberanian itu tetibaan hilang...aku tidak mampu menusukkkan jarum suntik itu ke perutku sendiri...hadehhhh melihat betapa runcingnya si jarum sudah membuat hati ini langsung jiper! akhirnya aku cuma bisa berteriak "pahh...papa...tolongin mama dong...papa aja yang suntikin, mama mendingan gak liat jarumnya deh..." hahahaha....suamiku hanya tertawa dan akhirnya dia yang menyuntikkan Gonal itu ke perutku hingga hari ke-4. Kami memilih jam 7.30PM sebagai waktu suntik karena perkiraan, kami sudah berada di rumah setelah aktivitas kantor pada jam tersebut.
30 January 2015: Saatnya untuk check-up dan bertemu dr Iko di hari ke-5 ini. Dari hasil USG dikatakan bahwa ukuran folikelnya baru berkisar antara 10-12mm dan ada 9 buah... Hari ini Gonal dinaikkan dosisnya menjadi 375iu untuk 2 hari plus ada tambahan injection lain yaitu Cetrotide
0.25mg, gunanya untuk mencegah supaya tidak terjadi ovulasi sebelum waktunya panen sel telur. Untuk cara penyuntikannya sama dengan Gonal-F; seperti biasa kami minta suster mengoplosnya untuk kami.
31 January 2015: Hari ke-6 suntik Gonal-F 375iu, dan Cetrotide. Sementara jadwal akupuntur tetap berjalan seminggu sekali.
01 February 2015: Visit dokter di hari ke-7 ini bertemu dengan dr Beelonie SpOG. Setelah dilakukan USG, ukuran folikel-folikelku berkisar max 15mm dengan total 12 buah. Hari ini Gonal kembali diturunkan ke 300iu dan ditambahkan suntikan Pergoveris 375iu, sementara Cetrotide tetap diberikan. Hari ini kami harus membeli suntikan-suntikan tambahan diluar paket kami (Gonal-F 75iu dan Centroride masing-masing 2 ampul).
02 February 2015: Hari ke-8 injection Gonal-F 300iu, Cetrotide, dan Pergoveris 375iu.
03 February 2015: Visit dokter hari ke-9 dengan dr Yassin SpOG dikatakan telur sudah mulai banyak dan beliau memberikan surat pengantar untuk cek lab kadar progesteron. Hari ini masih dengan injection Gonal-F 300iu, Cetrotide, dan Pergoveris 375iu.
2015: Setelah sempat terhenti selama 3 bulan sejak our last visit dengan dr Budi Wiweko di bulan Oktober 2014 yang lalu, akhirnya kami kembali memantapkan hati kami untuk memulai proses IVF kami ini di bulan Januari. Kenapa kok terhenti..? ini dikarenakan pada saat itu kami masih sibuk mengurusi tetek bengek urusan adik iparku yang menikah di bulan Desember 2014, maka kami memutuskan untuk nge-pause dulu program kami demi lancarnya proses pernikahan adik iparku, dan juga memang di bulan itu kami-pun masih disibukkan dengan rangkaian perayaan Natal. Tetapi kegiatan olah raga, akupuntur, dan pola hidup sehat tetap kami terapkan terutama menjelang menunggu si 'tamu bulanan' datang menghampiri, semua menjadi lebih intens dilakukan.
24 January 2015: Akhirnya haid yang ditunggu-tunggu keluar juga...dan inilah saatnya dimana kami harus visit dokter sebagai awal dari serangkaian IVF proses. Setelah mendaftar via telepon, kami mendapatkan urutan nomor kecil di pagi hari, kebetulan karena bukan jadwalnya dr Iko praktek, maka kami di-handle dengan dr Upik SpOG. Beliau mengatakan kondisi rahim beserta penghuninya (baca:telur-telurku) sudah siap untuk distimulasi - tidak perlu ada lagi tes-tes lain.
Kemudian kami diharuskan untuk membayar DP sebesar 50% dari total biaya IVF (ini belum termasuk biaya jika nanti kami memerlukan suntikan/treatment tambahan di luar paket). Setelah melakukan pembayaran, kami diberikan seperangkat injection tools berupa Gonal-F dosis 300iu untuk 4 hari yang akan dimulai pada tanggal 26 Januari (haid hari ke-3). Disini kami juga diajarkan bagaimana cara menyuntikkan Gonal-F tersebut. Disebutkan bahwa posisi jarum suntik harus berada sekitar 2-3 jari dibawah pusar, boleh sambil berdiri ataupun posisi tidur. Boleh suntik sendiri, atau minta tolong suami :) Kami meminta suster untuk melakukan oplosan obat tersebut, sehingga nanti tinggal kami suntikkan saja di rumah...hehehe...gak mau repot banget yach?! "Bu...Gonal ini harus disimpan dalam keadaan dingin yach..jadi ibu harus sedia cooler box untuk bawa-bawa si Gonal ini...terus nanti kalau sudah sampai dirumah, dimasukkan ke lemari es ya bu.." ujarnya. Aiiihhh....sepertinya si Gonal ini fragile sekali yah..harus dijaga dengan baik....Ya iyalah...harganya aja tau sendiri kan?! haha...ya sudah, akhirnya kami memutuskan untuk membeli cooler box di apotik klinik.
26 January 2015: Tiba saatnya kami harus memulai hari-hari kami dengan para jarum suntik ini. Dan ini adalah kali pertama aku harus menyuntikkan Gonal-F ke dalam perutku. Setelah sok jagoan merasa yakin bisa melakukan sendiri tanpa bantuan suami, begitu Gonal sudah berada di dalam suntikan dan ujung jarum sudah menyentuh kulitku, ehhhh...keberanian itu tetibaan hilang...aku tidak mampu menusukkkan jarum suntik itu ke perutku sendiri...hadehhhh melihat betapa runcingnya si jarum sudah membuat hati ini langsung jiper! akhirnya aku cuma bisa berteriak "pahh...papa...tolongin mama dong...papa aja yang suntikin, mama mendingan gak liat jarumnya deh..." hahahaha....suamiku hanya tertawa dan akhirnya dia yang menyuntikkan Gonal itu ke perutku hingga hari ke-4. Kami memilih jam 7.30PM sebagai waktu suntik karena perkiraan, kami sudah berada di rumah setelah aktivitas kantor pada jam tersebut.
30 January 2015: Saatnya untuk check-up dan bertemu dr Iko di hari ke-5 ini. Dari hasil USG dikatakan bahwa ukuran folikelnya baru berkisar antara 10-12mm dan ada 9 buah... Hari ini Gonal dinaikkan dosisnya menjadi 375iu untuk 2 hari plus ada tambahan injection lain yaitu Cetrotide
0.25mg, gunanya untuk mencegah supaya tidak terjadi ovulasi sebelum waktunya panen sel telur. Untuk cara penyuntikannya sama dengan Gonal-F; seperti biasa kami minta suster mengoplosnya untuk kami.
31 January 2015: Hari ke-6 suntik Gonal-F 375iu, dan Cetrotide. Sementara jadwal akupuntur tetap berjalan seminggu sekali.
01 February 2015: Visit dokter di hari ke-7 ini bertemu dengan dr Beelonie SpOG. Setelah dilakukan USG, ukuran folikel-folikelku berkisar max 15mm dengan total 12 buah. Hari ini Gonal kembali diturunkan ke 300iu dan ditambahkan suntikan Pergoveris 375iu, sementara Cetrotide tetap diberikan. Hari ini kami harus membeli suntikan-suntikan tambahan diluar paket kami (Gonal-F 75iu dan Centroride masing-masing 2 ampul).
02 February 2015: Hari ke-8 injection Gonal-F 300iu, Cetrotide, dan Pergoveris 375iu.
04 February 2015: Pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor, kami mampir ke klinik mengambil sample darah untuk digunakan tes progesteron. Kirim WhatsApp ke boss, info kalau bakal datang telat. Sesampai di klinik, masih sepi jadi aku langsung dipanggil oleh petugas lab. Dia kemudian menyiapkan 1 botol kecil untuk tempat darahku. Sehabis itu, langsung aku ngacir ke kantor di-drop sama suami. Hari ini adalah hari ke-10 injection Gonal F #300; Cetrotide 0.25mg & Pregoveris 375iu.
05 February 2015: Sepulang dari kantor kami langsung menuju ke klinik untuk jadwal visit dengan dr Muharam SpOG. Sementara hasil lab progesteron kemarin adalah 1.47 (ovulation phase) -> berarti siap dipanen nih pikirku...hehehe...
Malam ini tidak terlalu lama menunggu dr Muharam walaupun pasiennya banyak sekali...karena ternyata aku masuk dalam priority karena sudah menjelang OPU. Urutan ke-3 aku dipanggil. Dengan santai aku masuk ruangan menemui beliau ditemani suami. Langsung USG dan beliau terlihat cukup serius menghitung jumlah telur dan ukurannya, sementara suster mencatat apa yang dikatakannya. Setelah selesai, aku bertanya berapa jumlah telurku dan ukurannya. Beliau dengan enteng menjawab "banyak bu...puluhan...!" kemudian aku balas dengan berkelakar "engga ratusan ya dok?!" hahahaha....kayak di iklan. Kami kemudian tertawa bersama dan beliau menginstruksikan kepada si suster untuk lakukan trigger injection Ovidrel malam ini juga jam 8.30PM --> yang berarti akan dilakukan OPU pada 36 jam kedepan.... Ovidrel ini untuk supaya telur matang sempurna dan pada saat OPU nanti sudah pecah dan siap dibuahi. Kami hanya menunggu sekitar 30 menit menuju jam 8.30PM. Hari ini sudah di-stop suntikan-suntikan lainnya dan besok aku harus melakukan Medical Check Up lengkap, seperti tertera dalam surat pengantar dokter; termasuk di dalamnya adalah tes urine lengkap, tes darah lengkap termasuk juga tes HIV, thorax, dan EKG. Lega rasanya mendengar jumlah dan ukuran telurnya mencukupi untuk lanjut ke step berikutnya. Tadi disebutkan ukurannya sekitar 22-24mm....Alleluya puji Tuhan. Terima kasih Tuhan atas berkat dan penyertaanMu sepanjang perjalanan IVF kami sampai pada hari ini. Masih ada beberapa step penting lagi setelah ini. Mohon bimbinganMu selalu Tuhan....amen.
06 February 2015: Hari ini aku sudah mulai cuti. Yippieee.... ! bangun pagi dengan semangat baru dan feel so excited menjelang OPU dan ET. Sekitar jam 11 aku berangkat ke klinik seorang diri karena suamiku masih ngantor. Aku memang tidak mau terlalu merepotkan dia dengan bermanja-manja minta dianter...jika aku masih bisa sendiri dan masih diperbolehkan oleh dokter untuk nyetir, ya kenapa musti ngerepotin suami? Sesampai disana, karena aku kebelet pipis, suster segera memberikan aku tabung penampung pipis. Kemudian aku langsung dibawa masuk ke ruang radiologi untuk foto thorax. Selesai dari situ aku lanjutkan dengan pengambilan darah. Huuuuu.....kali ini petugas lab menyiapkan 5 botol penampung darah..."iya bu...karena item yang akan dicek kan juga banyak...." begitu jawabnya saat kutanya kenapa begitu banyak botolnya. Tutup mataa!!! ga usah liat jarumnya...langsung bless....darah mengalir ke botol-botol tersebut.
Setelah pengambilan darah, aku segera digiring ke lantai 3 ke ruang EKG. Disana aku diminta menanggalkan semua pakaian atas termasuk bra, dan segala perhiasan. Kemudian dengan menggunakan baju seragam pasien, aku diminta berbaring dan kemudian suster-suster itu memasangkan kabel-kabel pada titik-titik tertentu di sekitar dada, tangan, dan kaki. Tidak lama proses EKG selesai dan aku boleh pulang. Emmhhh.... tetapi aku memutuskan untuk tidak langsung pulang, aku mau enjoy life dulu sebelum OPU besok! Akhirnya setelah mencari makan siang aku pergi ke salon langganan untuk memotong pendek rambutku. Tentu saja sudah ijin sama suami soal rencana ini; kalau engga, dia bisa ngomel. Pokoknya aku sudah dipesannya tidak boleh potong terlalu pendek. hahahahaa.... Sesampainya di salon aku bertemu dengan hair stylist-ku mas Ivan. Dia agak nggak percaya aku mau potong rada pendek sebab aku tidak pernah mau dipotong pendek. Sebenarnya aku punya alasan yang cukup kuat soal ini, karena aku berpikir aku akan diharuskan banyak istirahat tidak boleh terlalu capek dan lain sebagainya. Nahhh...kalau rambutku masih panjang, ngerawatnya aja udah bikin aku kewalahan....pada saat keramas, pada saat mengeringkannya, kasih tonic dll...kalau pendek kan keramas juga gampang...hehehehe ga ribet lah pokoknya :)
Akhirnya selesai juga urusan rambut dan aku mengarahkan mobilku menuju rumah.....
to be continued....
05 February 2015: Sepulang dari kantor kami langsung menuju ke klinik untuk jadwal visit dengan dr Muharam SpOG. Sementara hasil lab progesteron kemarin adalah 1.47 (ovulation phase) -> berarti siap dipanen nih pikirku...hehehe...
Malam ini tidak terlalu lama menunggu dr Muharam walaupun pasiennya banyak sekali...karena ternyata aku masuk dalam priority karena sudah menjelang OPU. Urutan ke-3 aku dipanggil. Dengan santai aku masuk ruangan menemui beliau ditemani suami. Langsung USG dan beliau terlihat cukup serius menghitung jumlah telur dan ukurannya, sementara suster mencatat apa yang dikatakannya. Setelah selesai, aku bertanya berapa jumlah telurku dan ukurannya. Beliau dengan enteng menjawab "banyak bu...puluhan...!" kemudian aku balas dengan berkelakar "engga ratusan ya dok?!" hahahaha....kayak di iklan. Kami kemudian tertawa bersama dan beliau menginstruksikan kepada si suster untuk lakukan trigger injection Ovidrel malam ini juga jam 8.30PM --> yang berarti akan dilakukan OPU pada 36 jam kedepan.... Ovidrel ini untuk supaya telur matang sempurna dan pada saat OPU nanti sudah pecah dan siap dibuahi. Kami hanya menunggu sekitar 30 menit menuju jam 8.30PM. Hari ini sudah di-stop suntikan-suntikan lainnya dan besok aku harus melakukan Medical Check Up lengkap, seperti tertera dalam surat pengantar dokter; termasuk di dalamnya adalah tes urine lengkap, tes darah lengkap termasuk juga tes HIV, thorax, dan EKG. Lega rasanya mendengar jumlah dan ukuran telurnya mencukupi untuk lanjut ke step berikutnya. Tadi disebutkan ukurannya sekitar 22-24mm....Alleluya puji Tuhan. Terima kasih Tuhan atas berkat dan penyertaanMu sepanjang perjalanan IVF kami sampai pada hari ini. Masih ada beberapa step penting lagi setelah ini. Mohon bimbinganMu selalu Tuhan....amen.
06 February 2015: Hari ini aku sudah mulai cuti. Yippieee.... ! bangun pagi dengan semangat baru dan feel so excited menjelang OPU dan ET. Sekitar jam 11 aku berangkat ke klinik seorang diri karena suamiku masih ngantor. Aku memang tidak mau terlalu merepotkan dia dengan bermanja-manja minta dianter...jika aku masih bisa sendiri dan masih diperbolehkan oleh dokter untuk nyetir, ya kenapa musti ngerepotin suami? Sesampai disana, karena aku kebelet pipis, suster segera memberikan aku tabung penampung pipis. Kemudian aku langsung dibawa masuk ke ruang radiologi untuk foto thorax. Selesai dari situ aku lanjutkan dengan pengambilan darah. Huuuuu.....kali ini petugas lab menyiapkan 5 botol penampung darah..."iya bu...karena item yang akan dicek kan juga banyak...." begitu jawabnya saat kutanya kenapa begitu banyak botolnya. Tutup mataa!!! ga usah liat jarumnya...langsung bless....darah mengalir ke botol-botol tersebut.
Setelah pengambilan darah, aku segera digiring ke lantai 3 ke ruang EKG. Disana aku diminta menanggalkan semua pakaian atas termasuk bra, dan segala perhiasan. Kemudian dengan menggunakan baju seragam pasien, aku diminta berbaring dan kemudian suster-suster itu memasangkan kabel-kabel pada titik-titik tertentu di sekitar dada, tangan, dan kaki. Tidak lama proses EKG selesai dan aku boleh pulang. Emmhhh.... tetapi aku memutuskan untuk tidak langsung pulang, aku mau enjoy life dulu sebelum OPU besok! Akhirnya setelah mencari makan siang aku pergi ke salon langganan untuk memotong pendek rambutku. Tentu saja sudah ijin sama suami soal rencana ini; kalau engga, dia bisa ngomel. Pokoknya aku sudah dipesannya tidak boleh potong terlalu pendek. hahahahaa.... Sesampainya di salon aku bertemu dengan hair stylist-ku mas Ivan. Dia agak nggak percaya aku mau potong rada pendek sebab aku tidak pernah mau dipotong pendek. Sebenarnya aku punya alasan yang cukup kuat soal ini, karena aku berpikir aku akan diharuskan banyak istirahat tidak boleh terlalu capek dan lain sebagainya. Nahhh...kalau rambutku masih panjang, ngerawatnya aja udah bikin aku kewalahan....pada saat keramas, pada saat mengeringkannya, kasih tonic dll...kalau pendek kan keramas juga gampang...hehehehe ga ribet lah pokoknya :)
Akhirnya selesai juga urusan rambut dan aku mengarahkan mobilku menuju rumah.....
to be continued....
Tuesday, 10 February 2015
Preliminary checks
Prolog
Kami menikah pada bulan Mei 2006 setelah berpacaran selama 7 tahun :) cukup lama yach hehe…
Awalnya memang sempat ditentang oleh orangtua kedua belah pihak karena umur kami yang terpaut 2 tahun (aku 2 thn lebih tua dari suamiku) - tetapi kami tidak hiraukan ocehan mereka sebab kami sendiri merasa tidak ada masalah dengan perbedaan tersebut.
Singkat cerita, setelah 1 thn pertama pernikahan kami dan belum juga dikaruniai anak - pada September 2007 kami mulai berkonsultasi ke dokter. Pada waktu itu kami memilih dr Djoko Sekti W SpOG (kfer) di RS Premier Bintaro (dahulu bernama RS International Bintaro) karena dekat dengan lokasi tempat kami tinggal dan juga reputasi beliau. Kami mengikuti semua pengecekan yang beliau sarankan dari mulai USG transv (rahim normal dan bersih), HSG (kedua tuba patent), test sperma (hasil kurang baik dan disarankan test kembali), TORCH (baik-semua negative), test sperma yang kedua hasil excellent. Kemudian beliau menyarankan untuk test ACA - dari sini diketahui bahwa ACA ku cukup bisa dikatakan tinggi dan mengkhawatirkan. Beliau merujuk aku untuk treatment dengan dokter Hematologi di RS yang sama dengan dr Dewata Dermawan (dokter senior yang cukup mumpuni). Selama 3 bulan aku diterapi darah dengan beliau - test lagi dan lagi dan lagi sampai kepada kesimpulan bahwa ACA ku sudah kembali normal di bulan February 2008…you know guys, sebelumnya aku tidak pernah tahu apa itu ACA, yang aku tahu aku sering sekali merasa sakit kepala seperti migrain - ternyata itu adalah salah satu gejala ACA tinggi (kekentalan darah).
Setelah terapi ACA ini selesai, kami memutuskan untuk break sejenak karena kami sudah mulai kehabisan dana pada saat itu (maklumlah…kami baru sama-sama bekerja dengan gaji pas-pasan hahaha), dan kami juga merasa tidak ada problem yang berarti dari proses pemeriksaan yang telah kami jalani. Kami mencoba hamil dengan cara alami sambil kembali menata finansial kami yang sempat kocar-kacir karena terus disumbangkan untuk para dokter dan RS :)
May 2008: Aku terkena DBD dan paratypus - dirawat di RS selama 4 hari, dan di tahun yang sama suamiku juga menjalani operasi hernia.
2009: Setelah kami break dari rutinitas dokter, pada bulan Agustus 2009 kami mulai kembali konsultasi ke dokter dan kali ini kami berkonsultasi dengan dr Karel Manaary SpOG di RS Abdi Waluyo. Beberapa kali berobat dengan beliau, masih dengan status yang sama bahwa kami tidak ada masalah, hanya diberikan obat-obatan hormon dan vitamin untuk sperma. Sampai kami begitu lelah di bulan Desember 2009 dokter Karel akhirnya menyarankan kami untuk mengikuti inseminasi. Pada waktu itu aku sudah sempat disuntik di perut yang harganya aduhai bikin dompet langsung sobek..bayangkan 800 ribu boo... sekali suntik untuk permulaan proses inseminasi. Tetapi kembali kami tidak melanjutkan proses tersebut karena sudah sangat lelah, bayangkan setiap kontrol dengan beliau selalu dipanggil pada tengah malam dan saat itu kami belum mempunyai mobil, sementara jarak RS ke rumah kami di Bintaro cukup signifikan membuat badan kami rontok dengan hanya bermodalkan bolak-balik naik motor. Benar-benar perjuangan banget saat itu… :)
2010-2013: Kami total tidak melakukan kontak apa-apa dengan perdokteran dan RS karena sudah jenuh dan benar-benar sudah pasrah tidak lagi memikirkan untuk memiliki keturunan. Jika Tuhan berkehendak, semuanya pasti terjadi….itu saja pegangan kami saat itu. Hanya kami sesekali berobat secara tradisional, berpindah-pindah kesana-kesini yang juga tanpa hasil. Itupun karena dorongan dari orangtua. Selama waktu itu kehidupan perekonomian kami juga semakin baik dengan pekerjaan yang lebih baik juga. Kami sudah bisa memiliki mobil, dan sangat sering kami melakukan perjalanan liburan ke luar negeri seperti Singapore, Malaysia, Jepang, Hongkong, Cina, Macau, dll. Entah untuk liburan, atau hanya untuk nonton konser, atau sekedar menonton F1 yang menjadi kegemaran suamiku.
2014: Tahun ini kami seperti diingatkan oleh Tuhan untuk 'wake up' dari keterpurukan kami, supaya kami bangun dari keputus-asaan. Aku juga menyadari umurku tidak lagi muda dan akan segera mendekati angka 'forty'. Melalui sahabat dan teman dekat, kami disarankan untuk mengikuti program IVF (In Vitro Fertilization) atau bahasa bekennya Bayi Tabung sebagai upaya atau langkah terakhir kami. Aku dan suami-pun mulai mendiskusikan kira-kira akan lakukan IVF dimana…banyak sekali info dari media dan teman-teman yang merekomendasikan beberapa tempat bahkan kami juga sempat terpikirkan untuk mengikuti program IVF di Penang. Namun setelah proses berhitung yang ternyata sama saja dengan di Jakarta, dan juga dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya, kami memutuskan untuk mengikuti IVF di Jakarta. Seminar demi seminar yang membahas mengenai IVF juga kami ikuti untuk membekali kami dengan pengetahuan yang lebih detail mengenai proses tersebut.
Karena sudah sekitar 5 tahun lamanya kami tidak 'bercengkrama' dengan dunia kedokteran, kami saat itu memutuskan untuk melakukan preliminary check dulu untuk mengetahui kondisi terakhir dari kesehatan reproduksi kami berdua di RSPAD (pavilion Kartika) dengan dr Sita Ayu SpOG yang juga berpraktek di RS Bunda. Betapa shock-nya kami setelah dilakukan USG transv ditemukan ada 2 kista di kiri dan kanan tuba. Down?! sudah pasti....tetapi kami seperti dibekali semangat untuk terus maju dan tidak berhenti sampai disini.
Setelah selama ini kami menganggap tidak ada masalah, dengan ditemukannya 2 kista ini benar-benar membuat kami sedikit kawatir...ternyata masalah bisa kapan saja datang menghampiri tubuh kita kalau kita tidak menjaganya. Sementara aku diberikan surat pengantar untuk test hormon lengkap di haid hari ke-3 dengan hasil: (LH 3.16; FSH 5.33; Prolaktin 11.69; Estradiol 39.48; AMH 3,6000) - masih sangat bagus di usiaku yang sudah 37 tahun ini, menurut dr Sita.
Visit ke-2 dengan beliau dikatakan bahwa ukuran telurku belum mencukupi pada H-10 setelah haid. Jadi disarankan untuk menunggu cycle berikutnya, sementara disarankan untuk melakukan test ACA IgM dan sperm check.
Visit ke-3 dikatakan kondisi dinding rahim ok, hormon ok, tetapi kembali kami dikejutkan bahwa sperma suami kurang baik, sehingga diberikan obat-obatan vitamin untuk si sperma. Sementara itu aku dianjurkan untuk melakukan hidrotubasi - untuk mengetahui apakah saluran telurku ada sumbatan atau tidak.
October 2014: Hidrotubasi dilaksanakan. Jangan ditanya seperti apa rasanya...hahaha...pada saat cairan itu dimasukkan ke dalam miss V, wuiiihhhhhh mueeellleeeessssnyaaa ga karuan seperti habis makan cabe 1 kg....aku sampe meringisss dan merintihh...sementara suami cuma bisa ngelus-ngelus kepalaku aja...anyway, hasil dari hidrotubasi tersebut kembali membuat aku down-karena dikatakan bahwa tuba kananku non-patent alias terdapat perlengketan; jadi hanya tuba kiri saja yang masih bagus. Beliau menganjurkan untuk melakukan laparoskopi sebagai step selanjutnya.
Disini kami mulai ragu.....apakah benar laparoskopi adalah tindakan yang sesuai dengan kebutuhan kami saat ini? sementara kami kan tidak ingin mengambil langkah untuk melakukan inseminasi, tetapi kami ingin langsung menuju proses IVF dengan pertimbangan usia dan presentase keberhasilan yang masih diatasnya juga?! Menurut kami metode yang dipilih terlalu bertele-tele. Sepertinya kami mulai merasa perlu mencari 2nd opinion.
Informasi demi informasi kami kumpulkan dan seleksi, bahkan kami juga sempat berkonsultasi dengan dr Ivan Sini SpOG di RS Bunda. Beliau mengatakan jika yang dipilih adalah IVF, maka laparoskopi tidak perlu.
Dengan berbekal informasi ini dan juga informasi-informasi yang kami kumpulkan dari teman-teman, kami mulai searching lokasi dan dokter yang akan kami pilih untuk pelaksanaan IVF. Sementara persiapan fisik lain juga kami persiapkan dengan lebih rajin berolahraga (jalan pagi) dan akupuntur rutin seminggu sekali di Pro Healthy Clinic-blok M. Sementara untuk makanan, kami benar-benar menghindari yang namanya junk food, makanan kalengan, soda, snack-snack, ga ada lagi dalam kamus jajan sembarangan; yang ada hanya makanan sehat di dalam kulkas kami seperti telur ayam kampung yang kami konsumsi setiap hari sebanyak 3 butir (putihnya saja), ikan-ikanan, buah-buahan, jus alpukat setiap hari, yogurt, salad dan sebisa mungkin sayuran beli yang hidroponik/organik. Kami benar-benar meninggalkan cara hidup lama kami dan mengubahnya dengan pola hidup sehat.
Masih di October 2014, melalui Facebook-Club Bayi Tabung kami mendapat informasi mengenai seminar IVF dengan dr Budi Wiweko SpOG (kfer). Setelah mengikuti seminar yang beliau bawakan, sepertinya kami merasa cocok sekali dengan program beliau dan terlihat beliau juga seorang dokter yang asyik dengan pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi.
Klinik dr Sander B (Daya Medika) yang terletak di Kebon Jeruk-Tomang Jakbar menjadi pilihan kami, karena team IVF mereka yang dimotori oleh dr Budi Wiweko SpOG (kfer), dr Muharam Natadisastra SpOG (kfer), dr Gita Pratama SpOG, MRepSc, dan beberapa dokter ahli lain yang sudah cukup lama 'bermain' dalam teknologi IVF.
Akhir October 2014, untuk pertama kalinya kami bertemu dan berkonsultasi dengan dr Budi Wiweko (dr Iko) dan mengutarakan niat kami untuk mengikuti IVF. Setelah beliau melakukan screening dan melihat hasil-hasil preliminary check kami sebelumnya, beliau mengatakan bahwa kondisi kami sudah siap untuk di'eksekusi' hahaha..."semua sudah ok dan bagus tinggal mau kapan jadwal IVF-nya...?" begitu tutur beliau...wuihhh lega rasanya kami bisa langsung tancap gas dan tidak perlu melakukan serangkaian tes ini itu lagi. Sementara 2 kista yang bercokol di tuba juga hanya dianggap sepele oleh beliau sambil berkelakar mengatakan "ahhh itu hanya kista unyil...ga masalah...!"
--> to be continued ....
Kami menikah pada bulan Mei 2006 setelah berpacaran selama 7 tahun :) cukup lama yach hehe…
Awalnya memang sempat ditentang oleh orangtua kedua belah pihak karena umur kami yang terpaut 2 tahun (aku 2 thn lebih tua dari suamiku) - tetapi kami tidak hiraukan ocehan mereka sebab kami sendiri merasa tidak ada masalah dengan perbedaan tersebut.
Singkat cerita, setelah 1 thn pertama pernikahan kami dan belum juga dikaruniai anak - pada September 2007 kami mulai berkonsultasi ke dokter. Pada waktu itu kami memilih dr Djoko Sekti W SpOG (kfer) di RS Premier Bintaro (dahulu bernama RS International Bintaro) karena dekat dengan lokasi tempat kami tinggal dan juga reputasi beliau. Kami mengikuti semua pengecekan yang beliau sarankan dari mulai USG transv (rahim normal dan bersih), HSG (kedua tuba patent), test sperma (hasil kurang baik dan disarankan test kembali), TORCH (baik-semua negative), test sperma yang kedua hasil excellent. Kemudian beliau menyarankan untuk test ACA - dari sini diketahui bahwa ACA ku cukup bisa dikatakan tinggi dan mengkhawatirkan. Beliau merujuk aku untuk treatment dengan dokter Hematologi di RS yang sama dengan dr Dewata Dermawan (dokter senior yang cukup mumpuni). Selama 3 bulan aku diterapi darah dengan beliau - test lagi dan lagi dan lagi sampai kepada kesimpulan bahwa ACA ku sudah kembali normal di bulan February 2008…you know guys, sebelumnya aku tidak pernah tahu apa itu ACA, yang aku tahu aku sering sekali merasa sakit kepala seperti migrain - ternyata itu adalah salah satu gejala ACA tinggi (kekentalan darah).
Setelah terapi ACA ini selesai, kami memutuskan untuk break sejenak karena kami sudah mulai kehabisan dana pada saat itu (maklumlah…kami baru sama-sama bekerja dengan gaji pas-pasan hahaha), dan kami juga merasa tidak ada problem yang berarti dari proses pemeriksaan yang telah kami jalani. Kami mencoba hamil dengan cara alami sambil kembali menata finansial kami yang sempat kocar-kacir karena terus disumbangkan untuk para dokter dan RS :)
May 2008: Aku terkena DBD dan paratypus - dirawat di RS selama 4 hari, dan di tahun yang sama suamiku juga menjalani operasi hernia.
2009: Setelah kami break dari rutinitas dokter, pada bulan Agustus 2009 kami mulai kembali konsultasi ke dokter dan kali ini kami berkonsultasi dengan dr Karel Manaary SpOG di RS Abdi Waluyo. Beberapa kali berobat dengan beliau, masih dengan status yang sama bahwa kami tidak ada masalah, hanya diberikan obat-obatan hormon dan vitamin untuk sperma. Sampai kami begitu lelah di bulan Desember 2009 dokter Karel akhirnya menyarankan kami untuk mengikuti inseminasi. Pada waktu itu aku sudah sempat disuntik di perut yang harganya aduhai bikin dompet langsung sobek..bayangkan 800 ribu boo... sekali suntik untuk permulaan proses inseminasi. Tetapi kembali kami tidak melanjutkan proses tersebut karena sudah sangat lelah, bayangkan setiap kontrol dengan beliau selalu dipanggil pada tengah malam dan saat itu kami belum mempunyai mobil, sementara jarak RS ke rumah kami di Bintaro cukup signifikan membuat badan kami rontok dengan hanya bermodalkan bolak-balik naik motor. Benar-benar perjuangan banget saat itu… :)
2010-2013: Kami total tidak melakukan kontak apa-apa dengan perdokteran dan RS karena sudah jenuh dan benar-benar sudah pasrah tidak lagi memikirkan untuk memiliki keturunan. Jika Tuhan berkehendak, semuanya pasti terjadi….itu saja pegangan kami saat itu. Hanya kami sesekali berobat secara tradisional, berpindah-pindah kesana-kesini yang juga tanpa hasil. Itupun karena dorongan dari orangtua. Selama waktu itu kehidupan perekonomian kami juga semakin baik dengan pekerjaan yang lebih baik juga. Kami sudah bisa memiliki mobil, dan sangat sering kami melakukan perjalanan liburan ke luar negeri seperti Singapore, Malaysia, Jepang, Hongkong, Cina, Macau, dll. Entah untuk liburan, atau hanya untuk nonton konser, atau sekedar menonton F1 yang menjadi kegemaran suamiku.
2014: Tahun ini kami seperti diingatkan oleh Tuhan untuk 'wake up' dari keterpurukan kami, supaya kami bangun dari keputus-asaan. Aku juga menyadari umurku tidak lagi muda dan akan segera mendekati angka 'forty'. Melalui sahabat dan teman dekat, kami disarankan untuk mengikuti program IVF (In Vitro Fertilization) atau bahasa bekennya Bayi Tabung sebagai upaya atau langkah terakhir kami. Aku dan suami-pun mulai mendiskusikan kira-kira akan lakukan IVF dimana…banyak sekali info dari media dan teman-teman yang merekomendasikan beberapa tempat bahkan kami juga sempat terpikirkan untuk mengikuti program IVF di Penang. Namun setelah proses berhitung yang ternyata sama saja dengan di Jakarta, dan juga dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya, kami memutuskan untuk mengikuti IVF di Jakarta. Seminar demi seminar yang membahas mengenai IVF juga kami ikuti untuk membekali kami dengan pengetahuan yang lebih detail mengenai proses tersebut.
Karena sudah sekitar 5 tahun lamanya kami tidak 'bercengkrama' dengan dunia kedokteran, kami saat itu memutuskan untuk melakukan preliminary check dulu untuk mengetahui kondisi terakhir dari kesehatan reproduksi kami berdua di RSPAD (pavilion Kartika) dengan dr Sita Ayu SpOG yang juga berpraktek di RS Bunda. Betapa shock-nya kami setelah dilakukan USG transv ditemukan ada 2 kista di kiri dan kanan tuba. Down?! sudah pasti....tetapi kami seperti dibekali semangat untuk terus maju dan tidak berhenti sampai disini.
Setelah selama ini kami menganggap tidak ada masalah, dengan ditemukannya 2 kista ini benar-benar membuat kami sedikit kawatir...ternyata masalah bisa kapan saja datang menghampiri tubuh kita kalau kita tidak menjaganya. Sementara aku diberikan surat pengantar untuk test hormon lengkap di haid hari ke-3 dengan hasil: (LH 3.16; FSH 5.33; Prolaktin 11.69; Estradiol 39.48; AMH 3,6000) - masih sangat bagus di usiaku yang sudah 37 tahun ini, menurut dr Sita.
Visit ke-2 dengan beliau dikatakan bahwa ukuran telurku belum mencukupi pada H-10 setelah haid. Jadi disarankan untuk menunggu cycle berikutnya, sementara disarankan untuk melakukan test ACA IgM dan sperm check.
Visit ke-3 dikatakan kondisi dinding rahim ok, hormon ok, tetapi kembali kami dikejutkan bahwa sperma suami kurang baik, sehingga diberikan obat-obatan vitamin untuk si sperma. Sementara itu aku dianjurkan untuk melakukan hidrotubasi - untuk mengetahui apakah saluran telurku ada sumbatan atau tidak.
October 2014: Hidrotubasi dilaksanakan. Jangan ditanya seperti apa rasanya...hahaha...pada saat cairan itu dimasukkan ke dalam miss V, wuiiihhhhhh mueeellleeeessssnyaaa ga karuan seperti habis makan cabe 1 kg....aku sampe meringisss dan merintihh...sementara suami cuma bisa ngelus-ngelus kepalaku aja...anyway, hasil dari hidrotubasi tersebut kembali membuat aku down-karena dikatakan bahwa tuba kananku non-patent alias terdapat perlengketan; jadi hanya tuba kiri saja yang masih bagus. Beliau menganjurkan untuk melakukan laparoskopi sebagai step selanjutnya.
Disini kami mulai ragu.....apakah benar laparoskopi adalah tindakan yang sesuai dengan kebutuhan kami saat ini? sementara kami kan tidak ingin mengambil langkah untuk melakukan inseminasi, tetapi kami ingin langsung menuju proses IVF dengan pertimbangan usia dan presentase keberhasilan yang masih diatasnya juga?! Menurut kami metode yang dipilih terlalu bertele-tele. Sepertinya kami mulai merasa perlu mencari 2nd opinion.
Informasi demi informasi kami kumpulkan dan seleksi, bahkan kami juga sempat berkonsultasi dengan dr Ivan Sini SpOG di RS Bunda. Beliau mengatakan jika yang dipilih adalah IVF, maka laparoskopi tidak perlu.
Dengan berbekal informasi ini dan juga informasi-informasi yang kami kumpulkan dari teman-teman, kami mulai searching lokasi dan dokter yang akan kami pilih untuk pelaksanaan IVF. Sementara persiapan fisik lain juga kami persiapkan dengan lebih rajin berolahraga (jalan pagi) dan akupuntur rutin seminggu sekali di Pro Healthy Clinic-blok M. Sementara untuk makanan, kami benar-benar menghindari yang namanya junk food, makanan kalengan, soda, snack-snack, ga ada lagi dalam kamus jajan sembarangan; yang ada hanya makanan sehat di dalam kulkas kami seperti telur ayam kampung yang kami konsumsi setiap hari sebanyak 3 butir (putihnya saja), ikan-ikanan, buah-buahan, jus alpukat setiap hari, yogurt, salad dan sebisa mungkin sayuran beli yang hidroponik/organik. Kami benar-benar meninggalkan cara hidup lama kami dan mengubahnya dengan pola hidup sehat.
Masih di October 2014, melalui Facebook-Club Bayi Tabung kami mendapat informasi mengenai seminar IVF dengan dr Budi Wiweko SpOG (kfer). Setelah mengikuti seminar yang beliau bawakan, sepertinya kami merasa cocok sekali dengan program beliau dan terlihat beliau juga seorang dokter yang asyik dengan pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi.
Klinik dr Sander B (Daya Medika) yang terletak di Kebon Jeruk-Tomang Jakbar menjadi pilihan kami, karena team IVF mereka yang dimotori oleh dr Budi Wiweko SpOG (kfer), dr Muharam Natadisastra SpOG (kfer), dr Gita Pratama SpOG, MRepSc, dan beberapa dokter ahli lain yang sudah cukup lama 'bermain' dalam teknologi IVF.
Akhir October 2014, untuk pertama kalinya kami bertemu dan berkonsultasi dengan dr Budi Wiweko (dr Iko) dan mengutarakan niat kami untuk mengikuti IVF. Setelah beliau melakukan screening dan melihat hasil-hasil preliminary check kami sebelumnya, beliau mengatakan bahwa kondisi kami sudah siap untuk di'eksekusi' hahaha..."semua sudah ok dan bagus tinggal mau kapan jadwal IVF-nya...?" begitu tutur beliau...wuihhh lega rasanya kami bisa langsung tancap gas dan tidak perlu melakukan serangkaian tes ini itu lagi. Sementara 2 kista yang bercokol di tuba juga hanya dianggap sepele oleh beliau sambil berkelakar mengatakan "ahhh itu hanya kista unyil...ga masalah...!"
--> to be continued ....
Subscribe to:
Comments (Atom)







